Ayo, siapa yang pernah kehilangan kartu ATM? Kalo gue sih enggak
pernah, soalnya belum punya hehhehe. Tapi selalu ada hikmah di balik musibah (siapapun yang
mengalaminya). Temen gue dari Anggota Buruh PBKGM Persatuan Buruh Keude Glumpang Minyeuk sebulan lalu kehilangan kartu ATMnya dan gue bilang ke dia pergi aj ke Pak Keuchik Gampong buat urus surat keterangan
kehilangan. Setelah itu gue dan temen gue pergi dengan jalan kaki ampek panas-panasan..maklum gue blom punya kereta hanya punya kaki..hehehe, trus sampai lah kami di Kantor Keuchik Gampong Pulo Batee, Kec.Glumpang Tiga, Kab.Pidie yang mungil dan cantik. Gue dan temen gue menggetok pintu Kantor Keuchik. ini dia wawancara dengan Keuchik Gampong Pulo Batee :
“Misi pak keuchik, mau bikin surat keterangan kehilangan, gimana ya” kata gue.
“Iya, di sini. Pinjam KTP-nya,” kata pak keuchik yang cukup ramah itu. Kemudian pak keuchik mengetik identitas temen gue ke file word yang sudah tersedia di komputernya. Nah, di sini yang uniknya. Walaupun mesik tik sudah tidak digunakan lagi, tapi cara pak keuchik yang ramah itu mengetik seolah-olah ia masih menggunakan mesin tik. Jadi bayangin aja, dengan pelan, mantap dan sungguh-sungguh sekuat tenaga, pak keuchik menekan tiap tuts di keyboard mungil itu dengan kedua jari telunjuknya. Gue jadi miris, tak tega ngeliat penderitaan yang diderita si keyboard mungil.
Saat proses membuat surat tersebut, pak keuchik tak lupa menanyakan kartu atmnya bank apa, cabang mana, dan nomor rekeningnya; kejadian hilangnya kapan, jam berapa, dan di mana. Sebentar kemudian, jengjeeeeeng! Keluarlah selembar kertas berharga yang kami tunggu-tunggu dari printer Canon 2270 dan ternyata wujud suratnya kayak gini:
“Misi pak keuchik, mau bikin surat keterangan kehilangan, gimana ya” kata gue.
“Iya, di sini. Pinjam KTP-nya,” kata pak keuchik yang cukup ramah itu. Kemudian pak keuchik mengetik identitas temen gue ke file word yang sudah tersedia di komputernya. Nah, di sini yang uniknya. Walaupun mesik tik sudah tidak digunakan lagi, tapi cara pak keuchik yang ramah itu mengetik seolah-olah ia masih menggunakan mesin tik. Jadi bayangin aja, dengan pelan, mantap dan sungguh-sungguh sekuat tenaga, pak keuchik menekan tiap tuts di keyboard mungil itu dengan kedua jari telunjuknya. Gue jadi miris, tak tega ngeliat penderitaan yang diderita si keyboard mungil.
Saat proses membuat surat tersebut, pak keuchik tak lupa menanyakan kartu atmnya bank apa, cabang mana, dan nomor rekeningnya; kejadian hilangnya kapan, jam berapa, dan di mana. Sebentar kemudian, jengjeeeeeng! Keluarlah selembar kertas berharga yang kami tunggu-tunggu dari printer Canon 2270 dan ternyata wujud suratnya kayak gini:
Setelah suratnya jadi dan diserahkan ke temen gue, gue udah mau
berdiri meninggalkan kantor keuchik itu. Tapi selama sepersekian detik
gue melihat raut wajah awkward dari si pak keuchik sehingga temen gue
berkata, “udah jadi ya pak, biayanya berapa?” Jengjeng. “Berapa aja, yang penting bisa ngopi dengan rokok,” kata pak keuchik yang ramah itu. Kemudian temen gue memberikan
selembar uang berwarna ungu, dan kami melangkah santai menuju masa depan
yang lebih cerah. Hahahaha, ya gaklah....canda lagiiiii.
Demikian pengalaman ini gue dapat. Jadi tau gimana caranya ngurus surat
itu.
Negatifnya, Tapi gue kecewa sih, pak keuchik cara ngetiknya disamain dengan mesin tik, soal menurut
gue sayang klo keyboard komputer disamain dengan mesin tik bikin suara yang membahana
berisiknya trus keyboardnya jadi gak enak lagi di pakek salalu di tekan keras2 .
Positifnya, pelayanan jadi lebih ringkes dan cepet karena udah pake komputer. Terima kasih pak keuchik *dadah-dadah dari KERINGAT*